Selasa, 15 September 2009

hati itu tidak lemah, yg lemah itu telinga..


Tuhan berikan manusia dengan begitu sempurna.. mata untuk melihat, mulut untuk berbicara, telinga untuk mendengar, hidung untuk bernafas, dan alat peraba. Tidak hanya sebatas itu saja, Tuhan memberikan fungsi dan kehebatan pada masing2 ‘alat’ yang ada di tubuh kita. Tapi apakah kita selalu mensyukuri karena telah mempunyai semuanya? Tidakah anda liat di luar sana masi banyak orang yang memiliki kekurangan, tidak sesempurna hidupmu. Hidup yang indah, penuh petualangan, penuh keceriaan karena apa yang kamu miliki sekarang memang telah kamu syukuri. Bertapa beruntungnya saya, karena hidup saya sempurna. Walaupun pada hakikatnya manusia itu tidak akan pernah puas. Alangkah bijaknya seseorang apabila mengukur segala sesuatunya atas hasil yang dicapai karena proses dan menjadikan rasa syukur itu menjadi nikmat.

Teman saya berkata, sebetulnya hati kamu tidak lemah, yang lemah hanyalah telinga kamu, yang tidak mampu menerima ucapan yang indah sehingga kamu bisa dengan cepat bahagia. Yahhh itulah manusia dengan segala kesempurnaannya, masi saja terdapat kekurangan. Dan itu saya sadari, karena saya tak lebih dari manusia biasa.. just an ordinary girl.
Berada dilingkungan yang menyenangkan penuh kata semangat membuat saya merasakan kehangatan.
Setelah saya pikir dan cerna kembali, sesungguhnya hidup saya itu sesederhana pola pikir saya, orang-orang disekitar saya tampaknya tahu persis karakter saya. Sehingga jarang sekali saya berantem atau pun ‘marahan’ sama orang lain. Mungkin dalam hidup saya, saya hanya pernah mengalami ‘bermusuhan’ itu sebanyak 2 kali.. itu pun Alhamdulillah gak pernah lama. Dan saya tidak ingin mengulangi kesalahan itu lagi. Ucapan disini harus saya pegang. Ya, saya harus mencoba untuk dapat memegang kata2 yang saya ucap. Karena hidup itu adalah proses untuk menjadi terbaik. Baik untuk diri sendiri ataupun untuk individu lain.

1 komentar:

  1. wahh fa...i like this one.
    sederhana tapi membangun, dan membuat anny belajar untuk berfikir secara dimensional (plis faa bukan konvensional,hehe), ga mudah tersinggung dan ga mudah GR karena telinga yang sangat peka dengan pujian-pujian yang lalu lalang.
    hmm...anyway, kok terasa beda yahh kalo baca tulisan kamu sama liat keseharian kamu neng fa?
    seharusnya kalo bisa nulis kaya gini, ga ada kata deg-degan kalo lagi pidato...
    but actually, it's nice fa!
    i like the way you write and describe something, really you..

    -anny

    BalasHapus