Kamis, 17 Desember 2009

asap-asap itu bernama praduga

Ketika seseorang selalu menggaungkan kejujuran, bagaimana sesungguhnya ia mengaplikasikan dalam kehidupannya?
Ketika seseorang selalu menekankan kesetiaan, apakah orang tersebut sudah pasti menghargai sebuah hubungan?
Ketika keterbukaan tak lagi ada, masih adakah pengertian yang dapat dipahami?
Ketika kejanggalan itu selalu muncul, haruskah rasa penasaran itu hadir?




Ketika idealism telah memudar bersama iringan generasi, prilaku seseorang bisa saja berubah 180O. Perubahan kecil itu tampak oleh saya, mungkin ini hanya sepenggal rasa yang salah. Belum saatnya untuk saya mencari tahu kebenaran, entah rasa takut akan kecewa mungkin telah menjalar pada batang tubuh saya ataukah saya tengah berfikir ini merupakan sesuatu hal yang tidak penting. Akan tetapi jarak sudah tampak berbeda, Berfikir positif dan berusaha tidak emosional sudah seharusnya saya jalani.
Jika ada sesuatu yang kamu khawatirkan dan itu mengindikasikan kepada kabar yang buruk seperti suatu kebenaran yang telah dikalahkan oleh Kemunafikan! apakah kmu akan mencaritahu apa itu semua? atau kmu akan berdiam diri saja sehingga kmu berfikir bahwa lebih baik tidak mengetahuinya sama sekali?
Tetapi, ketika praduga sudah terungkap, walalu pun konteksnya mengecewakan itu tandanya saya sudah siap dengan segala hal yang akan terjadi di dalam kehidupan saya. ESOK ITU DI DEPAN DAN LAYAK UNTUK DI PERJUANGKAN.


Senin, 07 Desember 2009

Di Bungin, si kambing makan kertas..

SUMBAWA: Dengan luas 8 hektare dihuni lebih dari 2.800 penduduk, Bungin bisa jadi pulau terpadat di dunia. Sejarah penghuni, etos kerja penduduknya yang nelayan, dan cerita kambing maka kertas melengkapi keunikan di pulau karang tersebut.
“Anda pasti tertarik ke sana karena cerita Kambing makan kertas?. Hanya di Bungin anda bisa melihatnya langsung, dan percaya,” begitu kata Indra, seorang warga Desa Alas, Kecamatan Sumbawa. Pertanyaan itu hampir selalu dilontarkan warga di sana, kepada orang luar yang menanyakan letak Pulau Bungin, dan hendak menuju ke Pulau itu.
Pulau Bungin terletak di perairan laut Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Tepatnya di sebelah utara Pulau Sumbawa. Secara administratif Bungin termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Alas.

Tak sulit menemukannya. Dari Sumbawa Besar, ibukota Kabupaten Sumbawa, hanya berjarak sekitar 70 KM ke arah barat. Sedangkan dari Mataram, menghabiskan waktu berkendara sekitar 6 sampai 8 jam perjalanan ke arah timur, sudah termasuk perjalanan laut menggunakan kapal penyeberangan Lombok-Sumbawa. Sedikit bertanya pada warga di Desa Alas, pasti langsung ditunjukkan letak Pulau Bungin. Dari daratan sepanjang jalan di Alas, pulau Bungin bisa terlihat karena jaraknya hanya sekitar 4 KM arah utara dari Alas.
Kini, menuju pulau Bungin tak harus menyeberang dengan sampan, pakai sepeda motor atau mobil juga bisa karena sudah tanggul terbuat dari susunan karang yang menghubungkan Bungin dengan daratan. Cerita tentang Kambing makan kertas, memang sangat melekat bagi citra Pulau Bungin. Kedengarannya memang aneh. Tetapi pemandangan itu menjadi sesuatu yang lazim bagi penduduk Bungin. Di Bungin kambing memang tak punya pilihan makanan lain, selain sampah kertas dan kain bekas. Tekstur pulau batu karang tak memungkinkan bagi tanaman untuk tumbuh, meski hanya rumput.
Setiap ada pengunjung yang datang untuk melihat kambing makan kertas, belasan anak usia SD dengan senang hati akan menunjukannya. Mereka beramai-ramai mencari kertas atau dos bekas untuk diberikan pada kawanan kambing. Meski bertahan hidup hanya dengan makan sampah kertas dan kain bekas, populasi kambing di Bungin cukup banyak. (kayaknya mereka senang unjuk kebolehan aksi sang kambing.. hha)

Konstruksi rumah adalah rumah panggung khas Bungin, terlihat merata menutupi luas pulau. Karena rapatnya, ada beberapa rumah yang atapnya bertemu. Hukum adat tentang perkawinan warga Bungin, menjadi alasan yang membuat Pulau Bungin tetap mampu menampung pertambahan jumlah penduduknya. Karena dalam hukum adat itu, diatur pasangan muda-mudi yang hendak menikah wajib membangun lokasi sendiri untuk mendirikan rumah mereka.

Caranya, pasangan itu harus mengumpulkan batu karang untuk ditumpuk pada sisi luar pulau yang ditentukan. Ukuran lokasinya bisa mencapai 6 x 12 meter persegi. Setelah lokasi terbentuk, baru mereka boleh menikah dan mendirikan rumah. Itu sebabnya, luas pulau Bungin terus bertambah dari tahun ke tahun. “Biasanya bisa makan waktu 3 sampai 7 bulan untuk satu lokasi. Tetapi itu sudah aturannya turun temurun, kalau mereka tidak bikin lokasi ya belum boleh kawin,” kata Sopian. (wohohoho..) Tapi, bagi warga Bungin aturan itu tidak mempersulit, sebab pengumpulan batu karang biasanya dilakukan dengan bergotong royong. Bisa dibilang, pulau Bungin adalah pulau karang bentukan. Meski pihak Badan Pertanahan Nasional (BPN) Sumbawa, selalu mengukur luas pulau itu setiap lima tahun, namun tak satu penduduk pun memiliki sertifikat tanah. “Karena ini kan bukan tanah daratan, ini karang bentukan warga. Maka di pulau ini warganya tidak membuat sertifikat, hanya ada keterangan hak milik yang dikeluarkan Kantor Desa,” kata Sopian. Penduduk pertama yang menempati pulau Bungin ini adalah Panglima Mayo, pejuang dari Sulawesi Selatan, dalam keseharian pun penduduk disini menggunakan bahasa Bajo, yang bukan bahasa asli daerah Sumbawa.

Di Pulau Bungin mereka tidak merasa khawatir soal keamanan dan kenyamanan, karena pertalian persaudara membuat mereka saling menjaga. Hanya satu yang ditakuti mereka, yakni kebakaran. Bayangkan dengan posisi rumah yang sangat rapat, pasti kebakaran bisa merembet sangat cepat. “Makanya kalau ada gejala kebakaran, maka semua masyarakat di sini menjadi petugas pemadamnya. Tapi mudah-mudahan itu tidak pernah terjadi,” kata Sopian. Berkat kemampuan ekonomi mereka, infrastruktur di pulau Bungin pun terus terbenahi dari tahun ke tahun. Listrik PLN dan Air PDAM sudah masuk ke sana.

Kini, Bungin sudah menjadi salah satu objek wisata di Kabupaten Sumbawa. Banyak wisatawan domestik dan mancanegara ingin melihat dari dekat. Ada satu yang tak pernah berubah di pulau itu. Walau semua rumah memiliki kamar mandi, namun tak satu rumah pun punya WC. Buang air tetap dilakukan di laut. Selain keramahan penduduknya, ada hal yang pasti berkesan ketika berkunjung ke Pulau Bungin. Kita bisa menikmati indahnya Sunrise dan Sunset di pulau yang sama.(JL-001)
Sumber: www.sumbawanews.com

Selasa, 01 Desember 2009

Superr MILK.. You've got MILK!! :)

Alhamdulillah.. Puji syukur banget nehh, safa n friends (halahh..) sukses ngegelar presentasi advertising! Semangat banget nih sama mata kuliah yang satu ini, materinya yang gak membosankan lagi pula dosennya yang okey punya! J Walalupun saya suka telat wae masuk kulnya, maklum suka salah liat jadwal. Hhe..
Presentasi advertising ini, saya dapet kelompok pertama.. dapet tampil pertama ternyata buat kita agak siyok karena waktunya mepet dan banyak hari libur menyebabkan anggota kelompok kita mudik n pada punya acara masing2.
Superr MILK.. nah itu dia nama produknya, produk ini merupakan produk susu sapi organik pertama di Indonesia dengan varian rasa yang berbeda. Yaitu rasa peppermint, bubble gum dan rasa blackcurrent. Tadinya sihh saya request empat rasa sama rasa susu ayam bawang, tapi ide mulia saya ini mereka tolak. :D
kiri-kanan (verny, ardina, fajrina, Ibu Evi, safa, safitri)

 

Bener-bener semangat nii buat presentasi soalnya  dami-nya udah jadi, story boardnya udah okey banget dan yang buat makin semangat lagi, kita pake kostum ala koboi, mungkin lebih tepatnya sii style gadis peternakan gitu..hhe, seruu banget deh pokoknya. Bangga biasa presentasi kaya gitu bareng sama personil kelompoknya yang kompak dan saling bantu, walaupun sekedar presentasi di depan kelas tapi seperti yang nyata aja.. satu hal yang disayangkan, karena minggu kmaren libur agak panjang, jadi anak-anak kelas belom pada balik bandung lagi.. jadi kelas agak sepi.. hikz..hikz! tapi, dengan tampil jadi kelompok yang pertama kami merasa beruntung, pepatah mengatakan.. jadilah yang pertama, jika bukan menjadi yang pertama jadilah yang terbaik. Jadi yang pertama sii udah, tapi apakah bisa menjadi yang terbaik juga?! Insya Allah, gak mau takabur ah, tapi kita tetep optimis, hasil akhir bukanlah jadi patokan kesuksesan, melainkan makna sebuah pengalaman yang dilalui dengan proses. SEMANGAT guys!!  :D
thx Ibu Evi.. thx team superr MILK.. thx rekan2 Humas A 2009!!