Hampir disetiap hari, saya melalui pasar untuk mendapati suatu tempat yang menjadi tujuan saya. Saya akan senang jika suatu ketika saya tidak perlu melewati daerah itu, yang mana harus memakan waktu lebih jika melewati pasar. Ya pasar,
saya benci,
dengan tumpukan sampah organik yang membusuk disekitarnya
saya benci,
sehingga suatu ketika saya harus menutupi hidung saat melewatinya
saya benci,
melihat pemuda sehat yang meminta belas kasih tanpa bekerja
saya benci,
mendapati seorang ibu dengan balita, kemudian membiarkan balitanya hilir mudik dan berlarian di jalanan
saya benci,
saat melihat pengamen yang memaksa meminta dengan menyentuh anggota tubuh dari penumpang angkutan umum untuk mendapatkan sekeping uang logam
saya benci,
menyimak pengamen menyanyikan lagu religi dikala ibadah sedang berlangsung
saya benci,
saat bulir-bulir jatuh ke bumi, tak lagi berkah malah menjadi musibah
saya benci,
melihat tanaman dan bunga di pembatas jalan yang disulap menjadi tumpukan sampah dan rongsokan
saya benci,
ketika melalui jalanan yang kembali rusak setelah beberapa hari yang lalu telah diperbaiki
dan saya benci,
ketikapun saya berceloteh tentang ini, saya tak lebih dari seorang pengecut yang tak dapat bertindak apapun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar