Rabu, 04 November 2009

“Kawah Putih Bergelora”

Sabtu, 31 Oktober 2009
                        Pagi ini saya bersama kesembilan rekan saya merencanakan untuk pergi mengunjungi salah satu objek wisata di daerah Jawa Barat, sekitar 46 KM dari pusat Bandung. Perjalanan mengayunkan langkah kaki menjauhi pekarangan rumah dimulai dari pukul 06.30 WIB. Untuk memulai perjalanan, saya dan beberapa teman saya bertemu di suatu tempat di kawasan Buah Batu dan di dago pojok, kedua tempat ini digunakan untuk berkumpul dikarenakan agar tidak menghabiskan waktu yang lama untuk menjemput satu per satu dari kami, yang ingin melakukan perjalanan ke kawah putih. Kendaraan yang digunakan menuju kawah putih saat itu sebanyak dua mobil.
Pukul 07.00 WIB kedua mobil itu melaju ke arah Bandung Selatan, melewati tol yang berujung di jalan Kopo. kecepatan yang ditempuh pada saat diperjalanan adalah sekitar 70 – 100 KM/jam. Antrian panjang yang biasa terjadi pada saat hari biasa, tak tampak dalam bayangan kami. Mungkin karena akhir pekan maka volme kendaraan yang menjauhi pusat kota tampak sedikit, sehingga dapat dikatakan perjalanan lancar.
Sekitar pukul 09.30 WIB, kami telah tiba di tempat tujuan. Dimulai membali tiket masuk harganya Rp.12.000,00 tetapi dapat ditawar sehingga harga tiket masuknya jauh lebih murah. Melewati gerbang tiket di samping kiri terdapat beberapa mobil bak terbuka dengan beberapa bangku di bagian bak-nya. Mobil-mobil ini bercengkrama disini dikarenakan untuk mempermudah wisatawan yang tidak membawa kendaraan pribadi untuk melakukan perjalanan ke pusat kawah. Setelah kaca-kaca mobil diturunkan, hawa sejuk dengan liarnya menusuk kulit membuat pagi ini lebih bersemangat, wangi belerang pun mengikuti kemana kami melaju. Membutuhkan waktu tempu kira-kira 10 menit untuk sampai di lahan parkir di kawah putih, jalanan yang dilalui sempit membuat sedikit tantangan bagi pengemudi menjalankan mobil ketika berpapasan dengan mobil lain. Di samping kiri dan kanan badan jalan terlihat beberapa tumpuk bebatuan, mungkin jalanan ini akan diperbaiki tahap demi tahap.
Tibanya di lahan parkir, kedatangan kami disambut dengan teriakan rayuan para pedagang yang menjajakan barang dagangannya. salah makanan yang menjadi ciri khas yang juga menjadi buah tangan dari ciwidey adalah buah strowberi. Warna yang merah mencolok membuat siapa saja ingin memcicipi keunikan dari buah yang bernama strowberi. Tetapi, niat saya untuk berbelanja di awal penjajahan saya lupakan sejenak, karena saya tidak sabar untuk melihat pesona yang dimiliki kawah putih ini.
Demi mencapai pusat kawah kami berjalan, menuruni anak tangga satu per satu untuk melihat kawah yang berwarna biru tosca. Sesekali kami berfoto diantara anak tangga lalu melanjutkan perjalanan. Cuaca hari ini sangat bersahabat, matahari bersinar dengan semangat, sehingga udara disini tetap tidak terlalu dingin seperti biasanya, tetapi tetap sejuk. Akhir dari anak tangga kami melihat Kuasa Tuhan akan ciptaan-Nya yang begitu memesona pandangan mata. Terbayar sudah waktu yang ditempuh menuju ciwidey untuk melihat pemandangan yang memukau ini. Beberapa dari kami disibukan oleh kegiata berfoto, mengabadikan sebuah moment  yang berada di tempat wisata, yang tidak dapat dijumpai di tempat lainnya. Ke unikan dari tempat ini juga yang membuat kawah putih banyak dikunjungi wisatawan local maupun manca Negara. Ini dapat dilihat, di beberapa titik terdapat kelompok-kelompok orang sedang berpose untuk berfoto bersama dengan latar belakang kawah.
Kawah putih merupakan sebuah danau dari Gunung Patuha atau dikenal juga ‘Patua’. Danau kawah dari Gunung Patuha ini memiliki ketinggian 2.434 meter di atas permukaan laut dengan suhu 8-22°C. kawah ini terjadi akibat letusan yang terjadi pada abad X dan XII silam. Masyarakat setempat sering menyebutnya dengan sebutan Gunung Sepuh. Dahulu, masyarakat menganggap kawasan gunung dan kawah putih ini sebagai daerah yang angker, tidak seorang pun yang berani menjamahi tempat ini. Konon, karena angkernya, burung pun yang terbang melintas di atas kawah ini akan mati.
Wangi belerang yang begitu pekat dan airnya yang begitu cantik membuat saya penasaran untuk menyentuhnya, saya pun memberanikan diri untuk mendekati kawah dan menyentuh airnya. Saat tangan saya menyentuh kawah, sama seperti air-air biasa, hanya saja agak sedikit hangat. air kawah ini mengandung belerang, sehingga beberapa dari pengunjung yang mempercayai belerang sebagai obat kulit dapat membeli belerang bahkan beberapa diantara mereka, memasukan kakinya (baca:merendam) sedalam telapak mata kaki, kurang jelas maksud dari orang tersebut mencelupkan kaki karena apa dan juga saya tidak berniat menanyakan apa alasannya kepada orang tersebut, apa karena Ia sedang mencoba mengobati penyakit kulitnya atau hanya mengusir rasa penasaran saja Ia memasukan kaki ke kawah.
Pemandangan mata dipalingkan kearah depan, melihat ranting-ranting pohon yang tak berdaun bahkan tak berbunga, menjadikan kawah putih sebagai misteri alam yang tak terpecahkan. Pandangan mata dialihkan kembali dan dua pasang manusia tertangkap oleh kamera mata saya, keduanya memakai busana putih, sang wanita memakai jilbab yang dilengkapi dengan selendang ditangannya yang sebagian dari selendangnya Ia biarkan terbang di tiup angin. Serta sang lelaki memakai busana yang di lengkapi peci, simbol dari orang yang Bergama muslim. Kedua pasangan itu berfoto ditemani sang fotografer dengan kamera SLR yang melekat dengan elegan di tangannya. Beberapa pose dan beberapa bidikan membuat saya fokus terhadap objek tersebut, oh ternyata saya ingat akan sesuatu. Tempat ini merupakan salah satu tempat yang dituju bagi mereka yang akan melaksanakan pernikahan, tempat ini dijadikan foto pra nikah atau bahasa umum yang familiar ditelinga adalah foto pra wedding.
Mata saya beralih, mencari lahan foto yang agak sepi untuk foto bersama rekan-rekan saya lainnya, supaya latar belakang dari foto nanti tidak terganggu dengan munculnya gangguan orang-orang yang tentunya akan mengurangi kesan yang artistik.
Papan pengumuman yang ditulis dibeberapa tempat memuat beberapa peringatan ketika kami berada di kawah putih, salah satunya tertera bahwa tidak boleh berada di pusat kawah lebih dari 20 menit. Tentunya larangan tertera karena ada sebabnya, dan itu telah dijelaskan di point-point lainnya. Setelah puas berfoto di beberapa tempat, tak lama kemudian kabut pun turun, beberapa kali udara yang berhembus membuat beberapa diantara kami, mengambil jaket untuk menjaga suhu tubuh agar tetap terjaga. Karena kabut mulai turun dan juga perut diantara kami sudah meronta ingin diisi oleh makanan maka kami putuskan untuk meninggalkan tempat dahsyat yang memiliki pesona alam bernilai tinggi.
Niat yang sempat tertunda untuk membeli strowberi, akhirnya terlaksana juga, kami membeli strowberi yang dilapisi cokelat dengan beberapa rasa. Cukup dengan mengeluarkan Rp.5.000,00 saja, kita sudah dapat menikmati sate strowberi sebanyak tiga tusuk dengan rasa yang berbeda, rasa strowberi yang akan mempertegas rasa buah tersebut, rasa anggur dan rasa cokelat membuat siapa pun yang mengicipinya akan tertarik mengicipinya kembali.
Selalu ada daya tarik yang berbeda dikala kita mengunjungi objek wisata, tak sekedar pemandangan yang di dapat, melaikan juga budaya ataupun tingkah laku masyarakatnya yang menonjol dari wilayah tersebut memperkuat keanekaragaman yang dimiliki oleh bangsa ini. Sepenggal pengalaman lebih berharga dibandingkan hanya sekedar cerita belaka, maka dari itu tidak usah khawatir untuk melakukan sebuah petualangan yang menjadikan kita tau mengapa tempat itu tercipta diantara kita.**



Tidak ada komentar:

Posting Komentar